TEMPO.CO, Jakarta - Piala Dunia 2022 mendatangkan pro dan kontra setelah Qatar resmi ditunjuk menjadi tuan rumah. Turnamen sepak bola paling besar dari FIFA ini bukan hanya pertama kali digelar di kawasan Timur Tengah, tapi juga akan bergulir pada akhir tahun atau November sampai Desember.
Keputusan itu membuat sejumlah tim-tim Eropa melayangkan protes. Pasalnya, mereka harus berhadapan dengan padatnya kompetisi Eropa. Namun, akhirnya semua pihak harus menerima jadwal yang diberikan panitia mengingat amat berisiko jika pertandingan diadakan pada musim panas di mana suhu di Qatar bisa mencapai 40 derajat celcius.
Sementara di saat bersamaan, Timnas Qatar memulai persiapan agar bisa bersaing di putaran final Piala Dunia. Sebagai tuan rumah, tim berjuluk the Maroon ini otomatis menjadi peserta pertama di turnamen empat tahunan FIFA. Di sisi lain, pentas Piala Dunia juga menjadi debut mereka.
Persiapan Qatar ke Piala Dunia
Otomatis lolos ke putaran final Piala Dunia bisa menjadi persoalan tersendiri bagi sebuah tim karena mereka tidak berjuang lewat jalur kualifikasi. Tercatat, setelah Piala Dunia 1998 yang diadakan di Prancis, tidak ada tuan rumah yang bisa menembus partai final. Dengan kata lain, Prancis menjadi tuan rumah terakhir yang sukses sebagai penyelenggara dan merebut trofi Piala Dunia FIFA.
Meski demikian, perkembangan sepak bola Qatar tidak bisa dianggap remeh. Mereka bisa dibilang layak melaju ke putaran final Piala Dunia karena pada 2019 berhasil menjadi juara Piala Asia untuk pertama kalinya setelah mengalahkan Jepang di final. Prestasi tersebut bisa menjadi modal berharga sekaligus menunjukkan kualitas sepak bola Qatar.
Kendati tak mengikuti kualifikasi, tapi tim asuhan Felix Sanchez ini mengikuti serangkaian uji coba dan turnamen. Salah satu turnamen yang diikuti ialah Copa America 2019 di mana mereka satu grup bersama Argentina, Kolombia, dan Paraguay. Pada turnamen tersebut Qatar hanya meraih satu poin berkat bermain imbang 2-2 dengan Paraguay.
Qatar juga berpartisipasi dalam Piala Emas Concacaf 2021. Hasilnya, Almoez Ali dan kawan-kawan bisa menembus semifinal sebelum akhirnya bisa dikalahkan Amerika Serikat 0-1.
Pelatih Felix Sanchez
Federasi sepak bola Qatar menunjuk Felix Sanchez sebagai pelatih utama untuk menangani timnas. Pria asal Spanyol itu bukan sosok baru karena sudah menangani Timnas Qatar kelompok umur, yakni usia 19 tahun, 20 tahun, dan 23 tahun.
Total, Sanchez sudah membawa Timnas Qatar bermain dalam 78 pertandingan dengan catatan 41 kemenangan, 14 seri, dan 23 kali kalah. Salah satu prestasinya adalah juara Piala Asia 2019.
Sanchez menyatakan skuadnya akan berupaya menampilkan permainan terbaik karena bakal tampil di hadapan pendukung sendiri. Ia menilai tidak menjadi soal bertemu dengan tim mana pun di Piala Dunia karena semua peserta sama tangguhnya. "Anda harus melihat rangking FIFA dan sejarah dari tim ini (Grup A). Kami bangga ada di sini," ujarnya.
Ia menilai laga pertama melawan Ekuador akan menentukan. "Laga pertama dalam sebuah turnamen selalu menjadi yang paling penting karena memberi Anda perasaan bagaimana tim akan tampil selama kompetisi,” kata Sanchez.
Pada Piala Dunia 2022, Qatar berada di Grup A bersama Ekuador, Senegal, dan Belanda. Mereka dijadwalkan bertemu dengan Ekuador pada laga pertama, lalu juara Piala Afrika 2022 Timnas Senegal, dan Belanda.
Ada dua pemain yang menjadi kunci di Timnas Qatar